1/20/2017

Yasinan Sebagai Menifestasi Nilai-nilai Pancasila



Yasinan merupakan sebuah kebiasaan yang diadakan sebagian besar kaum muslimin yang berada indonesia pada malam Jum’at. Yasinan merupakan ritual membaca surah yasin serta tahlil yang dikirimkan/ditujukan kepada para leluhur atau kerabat yang telah terlebih dahulu meninggal dunia.
 
Yasinan juga merupakan sebuah wadah bagi masyarakat dalam menjaga kerukunan dan persatuan. Terbukti bahwa didalam yasinan, masyarakat berkumpul tidak memandang perbedaan suku, ras, atau warna kulit. Hanya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk memohon dan mendoakan keluarga yang sudah meninggal maupun yang masih hidup agar diberikan keselamatan dunia hingga akhirat. Selain itu, Yasinan juga sebagai cara untuk meng-esa-kan Tuhan.

Yasinan dalam kaitannya dengan pancasila merupakan manifestasi serta implementasi nilai-nilai pancasila. Nilai sila pertama “Ketuhanan yang maha Esa” diwujudkan dengan memohon dan berdo’a kepada tuhan yang maha esa, Dialah Allah SWT. Hal ini sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat Al-Ikhlas “Qul Huwaallahu Ahad”.

Nilai sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” diwujudkan dengan sopan santun, beramah tamah dan saling bersalam-salaman. Dilakukan tidak tebang pilih terhadap suku, ras, bahkan terhadap status sosial, misal kaya dan miskin. Sehingga tanpa disadari terwujudlah nilai-nilai kemanusiaan yaitu memanusiakan manusia secara adil dan berahlak.

Nilai sila ketiga “Persatuan Indonesia” diwujudkan dengan cara berkumpul, mempererat tali silaturrahim, dan kepemilikan tujuan yang sama. Hal ini tentu akan mempertkuat persatuan yang ada. Selain itu, tidak pernah ditemui dalam yasinan kegiatan yang mengindikasikan makar terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penulis berfikir, jika seluruh element masyarakat, penegak hukum bahkan pemerintahan mau mengadakan dan ikut serta dalam kegiatan yasinan maka akan dapat memperkuat persatuan NKRI.

Nilai sila keempat “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”, diwujudkan dengan memilih satu pemimpin yang berfungsi sebagai imam yasin  dan tahlil serta do’a secara mufakat. Terkadang juga dipilih dua orang pemimpin, yang satu memimpin bacaan yasin dan tahlil dan yang satu lagi memimpin Do’a. Biasanya pemimpin yang dipilih merupakan tokoh agama dengan keilmuan yang paling tinggi diantara peserta yang hadir, ahlak yang paling baik serta yang memiliki kebijaksanaan paling baik. Selain itu, biasanya yang memilih (mempersilahkan) pemimpin juga bukan semua orang, tetapi tokoh-tokoh agama saja. Hal ini berkesesuaian dengan kaidah “bahwa segala hal harus diserahkan kepada ahlinya”. Baik yang menjadi pemimpin dan memilih pemimpin yasinan adalah orang-orang yang ahli dan paham terhadap ilmu agama.


Nilai sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, diwujudkan denga memberi makanan atau “jajanan” kepada seluruh orang yang hadir dalam yasinan dengan tidak mebeda-bedakan suku, ras, bahkan strata sosial. Pemberian makanan diberikan secara merata sampai semua orang yang hadir mendapatkan bagiannya masing-masing. Setelah semua mendapatkan bagian, barulah dimakan secara bersama-sama. Hal ini dilakukan agar tercapai keadilan sosial bagi seluruh jama’ah yasinan. Pemberian makanan dalam yasinan, juga sebagai bentuk sedekah dari orang  yang mendapatkan giliran yasinan. Pemberian makanan dapat diartikan sebagai rasa syukur terhadap kelimpahan rezeki yang telah diberikan Allah SWT. “Wallahu a’lam bisshawab”

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . MA NURUL IMAN SEKINCAU LAMPUNG BARAT - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger