7/24/2020

SKI XIITOKOH_TOKOH PEMBAHARUAN DAN MODERENISASI ISLAM KELAS XII

RIWAYAT HIDUP MUHAMMAD ALI PASHA DAN PEMIKIRAN
PEMBAHARUANNYA TERHADAP PERADABAN MODERN
A. Riwayat Hidup Muhammad Ali Pasha
1. Biografi Muhammad Ali Pasha
Muhammad Ali Pasha adalah seorang keturunan Turki yang lahir
pada bulan Januari 1765 M, di Kawalla, sebuah kota yang terletak di bagian utara
Yunani, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Negeri inti telah menjadi
bagaian negara Turki Utsmani sejak ditaklukkannya oleh Sultan Muhammad II
al-Fatih (855/886 H - 1451/1481 M) pada tahun 857 H/1453 M dan baru dapat
melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul pada tahun 1245/1829 M. Ayah
Muhammad Ali Pasha bernama Ibrahim Agha, seorang imigran Turki, kelahiran
Yunani. Ia mempunyai 17 orang putera dan salah seorang diantaranya bernama
Muhammad Ali Pasha. Pekerjaan ayahnya disamping sebagai penjual rokok juga
sebagai kepala petugas juga (watchman) pada sebuah kota di daerahny
2. Pendidikan Muhammad Ali Pasha
Muhammad Ali Pasha adalah seorang buta huruf. Ia tidak memperoleh
kesempatan untuk menempuh ilmu di sekolah, maka ia tidak pandai membaca
dan menulis. Hal ini dikarenakan ia harus bekerja keras untuk keperluan
hidupnya.
Ketika menginjak usia dewasa, Muhammad Ali Pasha bekerja sebagai
pemungut pajak dan karena keuletan dan rajin bekerja, akhirnya ia menjadi
menantu kesayangan seorang Gubernur  setempat. Sejak saat itu pula
bintangnya (pangkatnya) semakin naik. Kemudian ia masuk dalam dinas
militer dan dalam lapangan ini juga sangat terlihat kecakapan dan kesanggupan ia
dalam menjalankan tugas sehingga pada akhirnya ia diangkat menjadi seoorang
perwira.
Pada awal kehadiran Muhammad Ali Pasha di Mesir, hubungannya
berjalan dengan mudah menyesuaikan diri dengan masyarakatnya. Hampir setiap
masalah yang muncul dapat diselesaikan, karena ia dikenal sebagai perwira yang
luwes dan mempunyai wawasan masa depan. Tetapi ketika ia mulai menerapkan
ide-idenya, maka mulailah muncul tantangan dari penduduk Mesir terutama dari
kaum ulama. Namun karena kearifannya, Muhammad Ali Pasha dapat
meredam setiap reaksi yang muncul sehingga dalam waktu singkat ia dapat
mewujudkan program pembaharuannya dalam berbagai bidang antara lain bidang
militer, ekonomi, pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Pada bidang militer, seperti halnya dengan raja-raja lainnya,
Muhammad Ali Pasha pertama-tama melakukan rekontruksi terhadap kekuatan
militernya, karena ia yakin bahwa kekuasaan hanya dapat dipertahankan dan
diperbesar dengan kekutan militer. Selain itu juga ia mengerti bahwa di
belakang kekuatan militer itu harus ada kekuatan ekonomi yang sanggup
membiayai pembaharuan dalam bidang militer dan bidang-bidang lain yang
berhubungan dengan urusan militer.
Pendudukan Mesir oleh Napoleon dengan kemenangan perang yang
amat cepat telah membuka mata Muhammad Ali Pasha tentang kelemahan umat
Islam. Untuk melawan Napoleon Bonaparte yang telah menguasai Mesir, sultan
Hamid III (1789-1807) mengumpulkan tentara. Salah seorang perwiranya ialah
Muhammad Ali Pasha.
Dalam pertempuran dengan tentara Perancis, Muhammad Ali Pasha
menunjukkan keberanian yang luar biasa. Karena itu, ia diangkat menjadi
seorang Kolonel. Hal tersebut diakui oleh rakyat Mesir yang ketika itu
menyaksikan secara langsung bagaimana keberanian dan kesuksesan yang diraih
oleh Muhammad Ali Pasha dengan mengalahkan Napoleon. Maka rakyat Mesir
pun mengangkat ia sebagai wali Mesir dan mengharapkan Sultan di Turki dapat
merestuinya. Pada akhirnya pengakuan Sultan Turki atas usul rakyat Mesir
tersebut baru mendapatkan persetujuannya setelah dua tahun kemudian, dimana
Turki dapat mematahkan intervensi Inggris di Mesir.
Kemudian saat Muhammad Ali Pasha telah mendapatkan kepercayaan
rakyat dan pemerintah pusat di Turki, ia menumpas semua musuh-musuhnya,
terutama golongan Mamluk yang ketika itu masih berkuasa di daerah-daerah dan
pada akhirnya Mamluk ditumapas habis olehnya. Dengan demikian Muhammad
Ali Pasha menjadi penguasa tunggal di Mesir.
Berbagai pemberontakan dihadapi oleh Muhammad Ali Pasha, begitu
pun pada saat Sultan Turki menghadapi lawan-lawannya baik dari dalam negeri
maupun luar negeri, Sultan selalu meminta bantuan kepada Muhammad Ali
Pasha, termasuk mengahadapi penyerbuan-penyerbuan dari kaum Wahabi yang
kemudian dapat dipukul mundur oleh Muhammad Ali Pasha.
Selain itu, ketika terjadi pemberontakkan bangsa Yunani (1824-1826
M) dan perang antara Turki dengan Rusia, Muhammad Ali Pasha memberikan
bantuan kepada Sultan Mahmud II. Namun ketika Muhammad Ali Pasha
meminta kepada Sultan agar Syria diserahkan kepadanya, Sultan tidak
mengabulkannya. Akhirnya Muhammad Ali Pasha pun marah dan menyerang
lalu menguasai Syria, bahkan serangannya sampai ke Turki. Akan tetapi setelah
melalui perundingan terdapat kesepakatan bahwa seluruh Mesir diserahkan
sepenuhnya kepada Muhammad Ali hingga turun-temurun.
Ketika tentara Perancis meninggalkan Mesir pada tahun 1801 M.
Muhammad Ali betul-betul menjadi penguasa penuh Mesir. Ia menjadi wakil
resmi sultan (Kerajaan Utsmani) di Mesir. Ia menjalankan kekuasaan sebagai
diktator. Pada tahun 1805, ia memberinya gelar Pasha pada dirinya sendiri.
Muhammad Ali Pasha mengetahui bahwa kekuasaannya hanya dapat
dipertahankan dengan kekuasaan militer. Di belakang kekuatan militer itu harus
ada kekuatan ekonomi. Inilah dua pemikiran pokok Muhammad Ali Pasha.
Muhammad Ali Pasha turut memainkan peranan penting dalam kekosongan
kekuasaan politik yang timbul sebagai akibat dari kepergian tentara waktu itu.
Kaum Mamluk yang dahulu lari dikejar Napoleon kembali ke Kairo untuk
memegang kekuasaan mereka yang lama. Dari Istanbul datang pula Pasha
dengan tentara Utsmani. Kedua golongan ini berusaha keras untuk merebut
kekuasaan bagi pihaknya. Simpati rakyat Mesir menaruh rasa benci kepada kaum
Mamluk dapat diperolehnya. Pasukan dipimpinnya bukan terdiri dari orangorang
Turki, tetapi dari orang-orang Albania. Kedua unsur ini memperkuat
kedudukannya untuk memasuki pertarungan merebut kekuasaan.
Setelah memasuki puncak kekuasaan di Mesir Muhammad Ali Pasha
pun mulai memusnahkan pihak-pihak yang mungkin akan menentang
kekuasaannya, terutama kaum Mamluk. Kesempatan terjadi ketika unsur
spionase Mamluk berusaha untuk membunuh Muhammad Ali, tetapi
konspirasi mereka ketahuan, akhirnya pelaku dan aktor intelektual yang
tertangkap di hukum mati, tanpa proses pengadilan. Muhammad Ali Pasha
bersikap seolah-olah mengampuni yang lain. Suatu ketika ia mengundang
mereka berpesta di Istananya di bukit Mukattam. Setelah mereka semua masuk,
pintu-pintu yang membawa ke daerah Istana dikunci dan sebelum pesta selesai ia
diberi tanda untuk menyembelih mereka semuanya. Menurut cerita dari 470
kaum Mamluk, hanya seorang yang dapat melepaskan diri dengan melompat dari
pagar istana ke jurang yang ada di bukit Makattam sedang kaum Mamluk yang
ada di luar Kairo diburu, yang dibunuh hanya sebahagian kecil yang dapat
melarikan diri ke Sudan. Pada akhir tahun 1811 M, kekuatan kaum Mamluk di
Mesir nyaris habis.
Selain itu, terdapat beberapa sisi yang sangat menarik dari kebijakan
Muhammad Ali Pasha adalah pengiriman mahasiswa-mahasiswa Mesir ke Italia,
Perancis, Inggris dan Austria untuk mempelajari berbagai bidang kajian modern.
antara tahun 1813 M sampai 1849 M, Muhammad Ali Pasya telah
mengirimkan 311 mahasiswa yang belajar di Italia, Perancis, Inggris, Austria atas
biaya pemerintah yang mencapai £E. 273.360. Subyek keilmuan yang dipelajari
 Spionase (pengintaian, memata-matai dari bahasa Perancis espionnage) adalah suatu praktik untuk
mengumpulkan informasi mengenai sebuah organisasi atau lembaga yang dianggap rahasia tanpa
mendapatkan izin dari pemilik yang sah dari informasi tersebut. dikutip dari
antara lain militer dan angkatan laut, teknik mesin, kedokteran, farmasi, kesenian
kerajinan dan bahasa Perancis mempunyai kedudukan khusus dalam kurikulum
di Mesir. Setelah kembali, para pelajar tersebut diminta untuk menerjemahkan
karya-karya teknis di berbagai bidang. Muhammad Ali Pasha mendirikan
penerbitan untuk menyebarluaskan ilmu-ilmu baru ini. Meski pada mulanya ia
bermaksud membatasi setiap kegiatan para mahasiswa ini hanya pada skill-skill
yang akan mendukung kekuasaannya dengan hanya menguasai pengetahuan
tentang pemerintahan, militer dan perekonomian saja. Namun pada kenyataannya
tidaklah demikian, para pelajar yang dikirim ke Eropa justru pada gilirannya
membawa kembali ide-ide baru, kemungkinan besar, lebih banyak dari yang
semula dikehendaki Muhammad Ali Pasha. Walaupun para pelajar atau
mahasiswa-mahasiswa tersebut dibawah pengawasan yang ketat, akan tetapi
dengan mengetahui bahasa-bahasa Eropa terutama Perancis dan ditambah dengan
membaca buku-buku Barat seperti karangan-karangan Voltaire, Rousseau,
Montesquieu dan lainnya. Dengan demikian maka begitu banyak yang dikuasai
oleh para pelajar, seperti pemikiran tentang demokrasi, parlemen, pemilihan
wakil rakyat, paham pemerintahan republik, konstitusi, kemerdekaan berpikir,
dinamisme Barat yang dibandingkan dengan sikap statis Timur, patriotisme,
keadilan sosial, dan sebagainya. Selain ilmu-ilmu teknik, falsafat, pendidikan,
alam (faham evolusi Darwin), kemasyarakatan dan sebagainya.
Pada dasarnya Muhammad Ali Pasha adalah seorang yang buta huruf,
namun dengan kecerdasan, keuletan, dan keberaniannya, ia dapat menguasai
umat Islam. Ia adalah seorang yang ambisius, hal ini ntampak dari segala bentuk
pembaharuan yang dilaksanakannya untuk kemajuan umat Islam itu sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © . MA NURUL IMAN SEKINCAU LAMPUNG BARAT - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger